-->

Misteri Dibalik Kisah Makam Gantung di Kota Blitar Pesanggrahan Djojodigdo

hpk
Kota Blitar merupakan sebuah kota yang cukup dikenal di Nusantara. Di kota kecil inilah, Presiden Indonesia yang pertama, Sukarno dimakamkan. Disini juga terdapat sebuah makam yang membuat merinding orang yang datang berziarah. 'Makam Gantung' Pesanggrahan Djojodigdan.
Makam ini dikenal sangat mistis, dari cerita yang beredar, jasad yang ada di dalam makam harus digantung. Karena bila dimakamkan dengan cara biasa, maka jasad yang dikubur akan kembali hidup.
Mendengar namanya pasti banyak orang yang penasaran, dan bertanya-tanya benarkah makam Mas Ngabehi Bawadiman Djojodigdo, seorang Patih Blitar sekaligus pemilik ilmu Pancasona ini benar-benar digantung.
Gambar mungkin berisi: 2 orang, teks yang menyatakan 'PATIH RADEN MAS DJOJODIGDO MERTUA RA KARTINI PEMILIK ILMU PANCASONA'
Menurut Lasiman, juru kunci makam, memang banyak orang yang salah kaprah dengan sebutan Makam Gantung. Banyak yang mengira eyang Djojodigdan dikubur dengan cara digantung karena ajian Pancasona yang dimilikinya.
Bagi pemilik ajian pancasona dipercaya akan membuatnya hidup lagi saat jasadnya menyentuh tanah. Sehingga yang memiliki ilmu pancasona baru bisa mati jika tubuhnya dipisah menyeberangi sungai dan jasadnya dikubur dengan cara digantung.
Menurutnya laki-laki 70 tahun ini, eyang Djojodigdan dimakamkan layaknya manusia pada umumnya. Sedangkan yang digantung adalah baju kebesaran dan senjatanya.
"Makam tersebut dibangun pada 11 Ruwah 1840 atau 18 Agustus 1910, makamnya sama seperti orang pada umumnya. Namun di bagian atasnya memang ada sebuah cungkup yang digunakan untuk menyimpan baju dan senjata beliau," jelas Lasiman, Sabtu (22/9/2018).
Lasiman menambahkan, ajian pancasona yang dimiliki Eyang Djojodigdan telah diambil sang guru yang memberi ilmu itu. Ilmu itu diambil lantaran Eyang Djojodigdan pernah meninggal tiga kali dalam sehari. Saat tubuhnya menyentuh tanah Eyang Djojodigdan yang meninggal di usia 84 tahun ini hidup kembali.
"Guru beliau itu Kyai Imam Sujono atau Eyang Jugo. Beliau meninggal di usia 84 tahun saat sakit sepuh (usia tua). Lalu karena kerabatnya kasihan melihat Eyang Djojodigdan yang kembali hidup saat menyentuh tanah dimintakan eyang Imam Sujono untuk mengambil kembali ilmu Pancasonanya," jelasnya.
Ajian pancasona itu kemudian dijadikan satu dengan baju kebesaran dan senjata Eyang Djojodigdan dan disimpan di sebuah cungkup tepat di atas pusara Eyang Djojodigdan. Namun, kata Lasiman, semua benda yang disebutkan itu merupakan benda gaib yang tak kasat mata. Hanya orang yang belajar atau mendalami ilmu gaib saja yang mampu melihat fisiknya.
"Ada salah satu buyut beliau yang penasaran dengan benda-benda di dalam cungkup di atas makam eyang. Karena penasaran, cungkup tersebut dibuka. ternyata Tapi kosong gak ada isinya apa-apa," pungkasnya.
Percaya tidak percaya, namun masih banyak warga yang menganggap makam gantung tersebut angker dan mistis. Tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam makam tersebut.

0 Response to "Misteri Dibalik Kisah Makam Gantung di Kota Blitar Pesanggrahan Djojodigdo"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel